Dalam hal kesehatan, masyarakat yang tinggal di desa ini tegolong sudah maju. Jalan-jalan terlihat bersih dan asri, adanya posyandu yang dibuka setiap hari selasa dan biasanya selalu ramai oleh bayi dan balita, serta orang dewasa karena adanya pengobatan gratis. Serta tak lupa, ada juga bidan-bidan yang berkeliling desa untuk memeriksa warga yang sakit di rumahnya . Setiap dusun di wilayah Desa Panyindangan memiliki posyandu. Setiap dua minggu sekali, biasanya kepala desa aktif mengajak warga turut serta melakukan OPSI, atau operasi bersih yang di sambut oleh masyarakat dengan antusias yang tinggi. Biasanya kegiatan ini dilakukan pada akhir pekan agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat yang bekerja selama hari kerja. Dalam aspek air bersih, Desa Manyintrek masih kesulitan dalam pengadaan air bersih karena tidak memiliki saluran air sendiri yang bersumber dari mata air yang terletak di Desa Bojongloa dikarenakan memerlukan biaya yang cukup besar dalam pembuatannya (± 150 juta rupiah), sehingga dalam pengadaan air bersih masih mengandalkan dusun Babakan. Dalam hal pendidikan, masyarakat pada umumnya sudah mengenyam pendidikan seminimalnya selama sembilan tahun, sesuai dengan program yang telah diberikan oleh pemerintah. Namun sayangnya, banyak juga siswa-siswa yang tidak meneruskan sekolahnya dengan alasan ketiadaan biaya.
Program BOS diberikan kepada siswa-siswa melalui sekolah yang berbentuk peniadaan SPP atau biaya bulanan dan juga buku-buku paket pelajaran yang diedarkan di sekolah. SDN Nagrak II, SD negeri dimana kami melakukan peninjauan dan mengadakan program diskusi yang bertujuan untuk membiasakan siswa-siswi untuk berani berbicara dan mengeluarkan pendapat mereka di forum terbuka seperti di sekolah, tanpa merasa malu pendapat mereka akan ditertawai orang lain. Sekolah ini masih mengalami kesulitan untuk membuat SD mereka mampu menjadi Sekolah Standar Nasional. Kepala Sekolah sendiri, dalam hal ini menyadari sulitnya mewujudkan cita-cita menjadikan SDN Nagrak II menjadi sekolah standar nasional karena kurangnya fasilitas yang dapat mendukung mimpi tersebut. Oleh karena itu, beliau sangat berharap program diskusi yang kami jalankan di SDN Nagrak II dapat membantu setidaknya menanamkan budi pekerti dalam hati nurani siswa siswi, menumbuhkan minat baca dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan di sekitar mereka dan juga menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ekonomi, lapangan pekerjaan masih kurang bagi pemuda desa sehingga munculnya banyak pengangguran dan kurangnya minat mereka untuk bertani seperti orang tua mereka. Namun, banyak juga pemuda yang bekerja di bengkel selain juga sebagai hobi mereka memodifikasi kendaraan. Biasanya mereka ini adalah para lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang terletak di Desa Bojongloa.
Potensi dan komoditas utama Desa Panyindangan berada di sektor pertanian, namun pada umumnya petani mengeluh akan hasil taninya yang kurang memuaskan dan berwarna kemerahan. Di sisi yang lain, petani juga sempat mengalami empat kali gagal panen yang diakibatkan oleh tingkat kesuburan tanah yang tidak merata, pola tanam yang tidak serempak, tanah yang tidak diberikan waktu istirahat dan hama yang merusak pertanian warga desa Panyindangan. Selain hal tersebut di atas, permasalahan juga terjadi karena KUD (Koperasi Unit Desa) sudah tidak mampu lagi membeli hasil panen warga, sehingga dengan terpaksa, petani menjual hasil panen mereka kepada para tengkulak yang memberikan harga serendah-rendahnya, sehingga petani pun pada akhirnya tidak memiliki pilihan lain kecuali menjual hasil panen mereka kepada para tengkulak. Mungkin hal ini juga disebabkan oleh hasil panen yang kurang maksimal sehingga para tengkulak pun memberikan harga yang rendah terhadap hasil panen mereka. Selain itu, Desa Panyindangan memiliki Raksa Desa yang berupa simpan pinjam (koperasi). Selain dalam bidang pertanian, pada umumnya masyarakat yang tinggal di Desa Panyindangan memiliki kolam ikan (balong) yang membudidayakan berbagai jenis ikan tawar, seperti ikan mas, lele, nila, dan sebagainya. Ada pula yang membudidayakan ikan koi sebagai komoditas utama.
Para petani di wilayah Desa Panyindangan rata-rata hanya bertumpu pada penghasilan padi mereka dan tidak mencoba untuk menanam tanaman yang lain. Adapun tanaman-tanaman yang ditanam selain padi, hanyalah berupa tumpang sari. Contohnya, pohon kelapa, cabai, pisang dan buah-buahan yang ditanam hanya untuk konsumsi pribadi. Dalam hal kuliner, mayoritas masyarakat Panyindangan suka memanfaatkan pisang yang diambil dari kebun mereka sendiri dan membuat pisang sale, kripik pisang, dan bolu kukus pisang. Selain pisang, mereka juga suka membuat opak yang terbuat dari beras ketan yang ditumbuk dan dicampur santan, dicetak kemudian dikeringkan dan dibakar. Pisang sale dan opak juga merupakan komoditas yang dijual di kios-kios atau di warung-warung disekitar wilayah mereka. Dulunya, ibu-ibu rumah tangga juga sering membuat payet, yang biasanya merupakan pengrajin individu, membuat sangkar burung dan meubel.
Kuda renggong adalah salah kebudayaan asli kecamatan Buah Dua yang hingga kini keberadaannya masih dilestarikan oleh masyarakat Panyindangan. Kuda renggong merupakan atraksi kuda yang berjalan seperti menari mengikuti alunan musik (biasanya diiringi oleh instrumen kendang) yang sering dipakai sebagai tunggangan arak-arakan dalam upacara sunatan. Balarea atau hujat sewa merupakan upacara adat yang biasanya diadakan di perempatan jalan yang bertujuan untuk meminta keselamatan dan sebagainya di bulan Syuro. Masyarakat biasanya menyiapkan bubur Syura’ yang berisi kacang, jagung, delima, saledri dan serundeng. Dangdut adalah hiburan umum yang sangat membumi bagi masyarakat Desa Panyindangan.