Blogger templates

Flag Counter

Selasa, 31 Desember 2013

DESA PANYINDANGAN


Panyindangan adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Desa ini mencakup enam dusun yang  terdiri dari dusun Bojong, Manyintrek, Babakan, Pasir Muncang Landeh, Pasir Muncang Tonggoh dan Dangdeur.  Yang kesemuanya membawahi enam RW dan dua puluh RT. Bila kita teliti nama Panyindangan, yang sebenarnya adalah singkatan dari keenam dusun yang berada di wilayah Panyindangan (Pasir Muncang, Manyintrek, Dangdeur, Bojong dan Babakan). Sementara Panyindangan sendiri adalah pemekaran dari Desa Nagrak. Kami para mahasiswa KKN STKIP Sebelas April Sumedang, mendapat kesempatan untuk tinggal di desa Panyindangan selama satu bulan.  

Dalam hal kesehatan, masyarakat yang tinggal di desa ini tegolong sudah maju. Jalan-jalan terlihat bersih dan asri, adanya posyandu yang dibuka setiap hari selasa dan biasanya selalu ramai oleh bayi dan balita, serta orang dewasa karena adanya pengobatan gratis. Serta tak lupa, ada juga bidan-bidan yang berkeliling desa untuk memeriksa warga yang sakit di rumahnya . Setiap dusun di wilayah Desa Panyindangan memiliki posyandu. Setiap dua minggu sekali, biasanya kepala desa aktif mengajak warga turut serta melakukan OPSI, atau operasi bersih yang di sambut oleh masyarakat dengan antusias yang tinggi. Biasanya kegiatan ini dilakukan pada akhir pekan agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat yang bekerja selama hari kerja. Dalam aspek air bersih, Desa Manyintrek masih kesulitan dalam pengadaan air bersih karena tidak memiliki saluran air sendiri yang bersumber dari mata air yang terletak di Desa Bojongloa dikarenakan memerlukan biaya yang cukup besar dalam pembuatannya (± 150 juta rupiah), sehingga dalam pengadaan air bersih masih mengandalkan dusun Babakan.  Dalam hal pendidikan, masyarakat pada umumnya sudah mengenyam pendidikan seminimalnya selama sembilan tahun, sesuai dengan program yang telah diberikan oleh pemerintah. Namun sayangnya, banyak juga siswa-siswa yang tidak meneruskan sekolahnya dengan alasan ketiadaan biaya. 

Program BOS diberikan kepada siswa-siswa melalui sekolah yang berbentuk peniadaan SPP atau biaya bulanan dan juga buku-buku paket pelajaran yang diedarkan di sekolah. SDN Nagrak II, SD negeri dimana kami melakukan peninjauan dan mengadakan program diskusi yang bertujuan untuk membiasakan siswa-siswi untuk berani berbicara dan mengeluarkan pendapat mereka  di forum terbuka seperti di sekolah, tanpa merasa malu pendapat mereka akan ditertawai orang lain. Sekolah ini masih mengalami kesulitan untuk membuat SD mereka mampu menjadi Sekolah Standar  Nasional. Kepala Sekolah sendiri, dalam hal ini menyadari sulitnya mewujudkan cita-cita menjadikan SDN Nagrak II menjadi sekolah standar nasional karena kurangnya fasilitas yang dapat mendukung mimpi tersebut. Oleh karena itu, beliau sangat berharap program diskusi yang kami jalankan di SDN Nagrak II dapat membantu setidaknya menanamkan budi pekerti dalam hati nurani siswa siswi, menumbuhkan minat baca dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan di sekitar mereka dan juga menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ekonomi, lapangan pekerjaan masih kurang bagi pemuda desa sehingga munculnya banyak pengangguran dan kurangnya minat mereka untuk bertani seperti orang tua mereka.   Namun, banyak juga pemuda yang bekerja di bengkel selain juga sebagai hobi mereka memodifikasi kendaraan. Biasanya mereka ini adalah para lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang terletak di Desa Bojongloa.

Potensi dan komoditas utama Desa Panyindangan berada di sektor pertanian, namun pada umumnya petani mengeluh akan hasil taninya yang kurang memuaskan dan berwarna kemerahan. Di sisi yang lain, petani juga sempat mengalami empat kali gagal panen yang diakibatkan oleh tingkat kesuburan tanah yang tidak merata, pola tanam yang tidak serempak, tanah yang tidak diberikan waktu istirahat dan hama yang merusak pertanian warga desa Panyindangan. Selain hal tersebut di atas, permasalahan juga terjadi karena KUD (Koperasi Unit Desa) sudah tidak mampu lagi membeli hasil panen warga, sehingga dengan terpaksa, petani menjual hasil panen mereka kepada para tengkulak yang memberikan harga serendah-rendahnya, sehingga petani pun pada akhirnya tidak memiliki pilihan lain kecuali menjual hasil panen mereka kepada para tengkulak. Mungkin hal ini juga disebabkan oleh hasil panen yang kurang maksimal sehingga para tengkulak pun memberikan harga yang rendah terhadap hasil panen mereka. Selain itu, Desa Panyindangan memiliki Raksa Desa yang berupa simpan pinjam (koperasi). Selain dalam bidang pertanian, pada umumnya masyarakat yang tinggal di Desa Panyindangan memiliki kolam ikan (balong) yang membudidayakan berbagai jenis ikan tawar, seperti ikan mas, lele, nila, dan sebagainya. Ada pula yang membudidayakan ikan koi sebagai komoditas utama.

Para petani di wilayah Desa Panyindangan rata-rata hanya bertumpu pada penghasilan padi mereka dan tidak mencoba untuk menanam tanaman yang lain. Adapun tanaman-tanaman yang ditanam selain padi, hanyalah berupa tumpang sari. Contohnya, pohon kelapa, cabai, pisang dan buah-buahan yang ditanam hanya untuk konsumsi pribadi. Dalam hal kuliner, mayoritas masyarakat Panyindangan suka memanfaatkan pisang yang diambil dari kebun mereka sendiri dan membuat pisang sale, kripik pisang, dan bolu kukus pisang. Selain pisang, mereka juga suka membuat opak yang terbuat dari beras ketan yang ditumbuk dan dicampur santan, dicetak kemudian dikeringkan dan dibakar. Pisang sale dan opak juga merupakan komoditas yang dijual di kios-kios atau di warung-warung disekitar wilayah mereka. Dulunya, ibu-ibu rumah tangga juga sering membuat payet, yang biasanya merupakan pengrajin individu, membuat sangkar burung dan meubel.

Kuda renggong adalah salah kebudayaan asli kecamatan Buah Dua yang hingga kini keberadaannya masih dilestarikan oleh masyarakat Panyindangan. Kuda renggong merupakan atraksi kuda yang berjalan seperti menari mengikuti alunan musik (biasanya diiringi oleh instrumen kendang) yang sering dipakai sebagai tunggangan arak-arakan dalam upacara sunatan. Balarea atau hujat sewa merupakan upacara adat yang biasanya diadakan di perempatan jalan yang bertujuan untuk meminta keselamatan dan sebagainya di bulan Syuro. Masyarakat biasanya menyiapkan bubur Syura’ yang berisi kacang, jagung, delima, saledri dan serundeng.  Dangdut adalah hiburan umum yang sangat membumi bagi masyarakat Desa Panyindangan.

Senin, 30 Desember 2013

PROFIL DESA PANYINDANGAN BUAH DUA



Kondisi Geografis
Desa Panyindangan terletak di Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Adapun batas wilayah desa ini adalah sebagai berikut :
- Utara : Desa Buah Dua
- Selatan : Desa Cibitung
- Barat : Desa Bojongloa
- Timur : Desa Nagrak
Desa Panyindangan merupakan pemekaran dari Desa Nagrak yang dimekarkan pada tahun 1983, mempunyai luas wilayah 317 Ha yang terdiri dari natas sawah dan tanah darat.

Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Air
1. Saluran air : 9 buah
2. Gorong-gorong : 17 buah
3. DAM : 1 buah
4. Mata air : 7 buah
5. Pompa air : tidak ada

Pertanian
Desa Panyindangan memiliki tanah sawah sebanyak 166 ha/m2, dari total luas 317 ha/m2. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian mata pencaharian penduduk desa adalah petani dengan produk pertanian sebagai berikut:
1. Padi
2. Sayur-sayuran seperti kangkung, tomat, mentimun dll
3. Buah-buahan seperti pisang, mangga, rambutan, durian, dll

Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk Desa Panyindangan yang terdata pada tahun 2011 adalah 1761 jiwa dengan perincian jumlah laki-laki 851 jiwa dan jumlah perempuan 910 jiwa.
Perincian jumlah penduduk di tiap RW antara lain :
Nama RW / Dusun Jumlah KK Jumlah penduduk Laki-laki Perempuan
Perincian jumlah penduduk di tiap RW antara lain :
Nama RW / Dusun Jumlah KK Jumlah penduduk Laki-laki Perempuan
Bojong 125 377 181 195
Manyintrek 120 409 209 210
Babakan baros 132 364 178 186
Pasir Muncang Landeh 62 224 110 123
Pasir Muncang Tonggoh 70 215 102 113
Dangdeur 60 175 82 93
Jumlah 569 1761 851 910
Perincian mata pencaharian masyarakat desa antara lain :
1. Pegawai Negeri Sipil : 28 orang
2. Pegawai Negeri Militer : 6 orang
3. Pensiunan Sipil : 7 orang
4. Pensiunan Militer : 13 orang
5. Petani : 872 orang
6. Pedagang : 3 orang
7. Kuli-kuli : 75 orang
8. Tukang kayu : 28 orang
9. Tukang tembok : 53 orang
10. Tukang cukur : 1 orang
11. Tukang jahit : 1 orang 

Bidang Pembangunan
Agama
1. Jumlah Masjid Jami : 8 buah
2. Jumlah Langgar/Surau/Mushola : tidak ada
3. Jumlah Gereja Kristen Protestan : tidak ada
4. Jumlah Gereja Katolik : tidak ada
5. Jumlah Wihara : tidak ada
6. Jumlah Pura : tidak ada
7. Jumlah Klenteng : tidak ada

Kesehatan
1. Rumah Sakit Umum : tidak ada
2. Puskesmas : tidak ada
3. Poliklinik/Balai Pelayanan Masyarakat : tidak ada
4. Posyandu : 1 unit
5. Posyandu Pembantu : 5 unit

Sarana Olah Raga/Kesenian/Kebudayaan dan Sosial.
1. Lapangan Sepak Bola : tidak ada
2. Lapangan Basket : tidak ada
3. Lapangan Volly Ball : 3 buah
4. Lapangan Bulu Tangkis : 1 buah
5. Tenis Meja : 8 buah
6. Papan catur : 6 buah

Prasarana Perhubungan.
1. Jalan desa : 4 buah
2. Jembatan : 1 buah 

Komunikasi dan Informasi serta Barang Elektronik
1. Radio Tape : 76 buah
2. Radio listrik : tidak ada
3. Speaker : 8 buah
4. Mesin jahit : 75 buah
5. Patromak : 15 buah
6. Senapan angin : 20 buah
7. Kilo gantung : 34 buah
8. Kilo duduk : 2 buah
1.4.6 Rumah Penduduk
1. Gedung : 389 buah
2. Setengah gedung : 108 buah
3. Panggung : 13 buah

Ekonomi
A. Lembaga Ekonomi dan Unit Usaha Kelurahan dan Desa
1. Koperasi Unit Desa : tidak ada
2. Koperasi Simpan Pinjam : tidak ada
3. Koperasi unit desa : 1 buah
4. Badan Usaha Milik Desa : tidak ada

Perusahaan
1. Gedung film : tidak ada
2. Mebeler : 1 buah
3. Huller : 2 buah
4. Toko : 3 buah
5. Warung : 5 buah
6. Pabrik : tidak ada

Inventaris desa
1. Mesin tik : 2 buah
2. Jam dinding : 2 buah
3. Kursi kantor : 16 buah
4. Kursi rapat : 120 buah
5. Meja kantor : 7 buah
6. Meja rapat : 7 buah
7. Lemari arsip : 2 buah
8. Lemari kantor : 4 buah
9. Bangku panjang : 6 buah
10. Papan tulis : 1 buah
11. Monografi : 1 buah
12. Kilo (25 kilo) : 6 buah

Kendaraan Masyarakat 
Kendaraan Bermotor
1. Truk : 3 buah
2. Colt : 6 buah
3. Otolet : 3 buah
4. Sedan : 1 buah
5. Jeep : tidak ada
6. Sepeda motor : 40 buah

Kendaraan Tak Bermotor
1. Gerobak : tidak ada
2. Becak : tidak ada
3. Dokar : tidak ada
4. Sepeda : 28 buah
5. Roda dorong : tidak ada